Translate

Mengenal Tantrum pada Anak: Pengertian, Ciri dan Penyebab

Nirwana Tunggal-Tantrum adalah salah satu fase perkembangan yang hampir pasti dialami oleh setiap anak. Bagi banyak orang tua, menghadapi tantrum bisa menjadi pengalaman yang menantang dan membingungkan. 

Namun, memahami apa itu tantrum, mengapa anak-anak mengalaminya, serta bagaimana cara menghadapinya, dapat membantu orang tua menangani situasi ini dengan lebih tenang dan efektif. Artikel ini akan membahas secara mendalam tentang tantrum pada anak, termasuk penyebab, ciri-ciri, dan cara mengatasinya.

Apa itu Tantrum?

Ilustrasi anak mengalami tantrum 
Sumber: istock 

Tantrum adalah ledakan emosi yang biasanya terjadi pada anak-anak, terutama pada usia balita hingga pra-sekolah. Tantrum seringkali merupakan cara anak untuk mengekspresikan perasaan frustrasi, marah, atau kecewa ketika mereka belum memiliki kemampuan verbal yang cukup untuk menyatakan apa yang mereka rasakan atau inginkan. 

Pada dasarnya, tantrum adalah bagian dari proses belajar anak untuk mengelola emosi mereka. Tantrum bisa bervariasi dalam intensitas dan durasi. Beberapa anak mungkin hanya menangis dan merengek, sementara yang lain bisa berteriak, memukul, atau bahkan berguling-guling di lantai. 

Walaupun tantrum adalah perilaku yang umum pada anak kecil, frekuensi dan intensitasnya bisa berkurang seiring dengan bertambahnya usia anak dan perkembangan kemampuan mereka dalam mengungkapkan emosi.

Ciri-ciri Anak Tantrum

Menangis dan Berteriak

Menangis dan berteriak adalah ciri yang paling umum terlihat saat anak mengalami tantrum. Pada tahap awal, anak mungkin mulai dengan rengekan atau tangisan ringan yang kemudian meningkat menjadi tangisan keras dan berteriak. 

Ini sering kali merupakan cara anak untuk menarik perhatian orang tua atau pengasuh, mengungkapkan rasa frustrasi, atau menyalurkan energi emosional yang mereka rasakan.

Saat anak menangis dan berteriak, mereka mungkin tidak sepenuhnya menyadari apa yang mereka inginkan atau butuhkan. Ini bisa membuat orang tua merasa bingung dan tidak berdaya. 

Dalam situasi ini, penting bagi orang tua untuk tetap tenang dan mencoba mengidentifikasi pemicu tantrum tersebut, baik itu rasa lapar, lelah, atau ketidakmampuan anak untuk mengungkapkan keinginan mereka.

Memukul atau Menendang

Anak yang mengalami tantrum kadang-kadang dapat menunjukkan perilaku agresif seperti memukul atau menendang. Perilaku ini biasanya merupakan hasil dari rasa frustrasi yang tidak bisa mereka ungkapkan dengan kata-kata. 

Mereka mungkin memukul mainan, orang tua, atau bahkan diri mereka sendiri sebagai cara untuk mengekspresikan kemarahan mereka. Orang tua harus sangat berhati-hati dalam menghadapi perilaku agresif ini. Penting untuk tidak merespons dengan kemarahan atau kekerasan, tetapi mencoba untuk menenangkan anak dan mengalihkan perhatian mereka ke kegiatan yang lebih positif. 

Mengajarkan anak cara yang lebih baik untuk mengekspresikan emosi mereka, seperti menggunakan kata-kata atau gerakan tangan, dapat membantu mengurangi perilaku agresif ini di masa depan.

Menahan Napas

Menahan napas adalah perilaku yang mungkin terjadi selama tantrum dan bisa sangat menakutkan bagi orang tua. Beberapa anak mungkin menahan napas hingga mereka berubah warna menjadi kebiruan, tetapi biasanya mereka akan mulai bernapas kembali secara spontan. 

Ini adalah bentuk ekstrem dari tantrum dan menunjukkan betapa tertekannya anak tersebut. Meskipun menahan napas jarang menyebabkan kerusakan fisik yang serius, penting bagi orang tua untuk memahami bahwa ini adalah cara anak mengekspresikan rasa frustrasi mereka. 

Tetap tenang dan mencoba menenangkan anak dapat membantu mengatasi situasi ini. Jika perilaku ini terus berlanjut atau menjadi lebih sering, sebaiknya konsultasikan dengan profesional kesehatan anak untuk mendapatkan saran lebih lanjut.

Berguling-guling di Lantai

Berguling-guling di lantai adalah salah satu ciri tantrum yang sering terlihat, terutama di tempat umum seperti supermarket atau taman bermain. Anak mungkin berguling-guling sambil menangis atau berteriak sebagai bentuk protes atau upaya untuk mendapatkan perhatian.

Situasi ini bisa sangat memalukan dan membuat stres bagi orang tua, terutama ketika berada di tempat umum. Namun, penting untuk tetap tenang dan tidak terpancing oleh reaksi orang lain di sekitar. 

Mengabaikan perilaku tersebut dalam beberapa situasi atau menawarkan pelukan dan kata-kata yang menenangkan dapat membantu mengurangi intensitas tantrum.

Menggigit atau Mencakar

Menggigit atau mencakar adalah bentuk lain dari perilaku agresif yang dapat muncul selama tantrum. Ini biasanya terjadi ketika anak merasa sangat frustrasi dan tidak mampu mengungkapkan perasaan mereka dengan cara yang lebih tepat. 

Perilaku ini bisa berbahaya, baik bagi anak maupun orang lain di sekitarnya. Menghadapi perilaku menggigit atau mencakar memerlukan pendekatan yang hati-hati. 

Memberikan batasan yang jelas dan konsisten tentang apa yang dapat diterima dan apa yang tidak dapat membantu anak memahami bahwa perilaku tersebut tidak dapat diterima. Selain itu, memberikan alternatif positif untuk mengekspresikan emosi, seperti berbicara atau menggunakan mainan, bisa membantu mengurangi kejadian ini.

Penyebab Tantrum pada Anak 

Frustrasi Emosional

Salah satu penyebab utama tantrum adalah frustrasi emosional. Anak-anak sering kali merasa frustrasi karena mereka belum memiliki kemampuan verbal yang memadai untuk mengungkapkan apa yang mereka inginkan atau rasakan. 

Ketika mereka tidak bisa mendapatkan apa yang mereka inginkan atau merasa tidak dipahami, frustrasi ini dapat memicu tantrum. Anak-anak yang belum mampu mengelola emosi mereka cenderung mengekspresikan frustrasi melalui perilaku yang ekstrem seperti tantrum. 

Orang tua dapat membantu dengan mengajarkan anak cara yang lebih efektif untuk mengungkapkan emosi mereka, seperti menggunakan kata-kata atau gerakan tubuh. Membantu anak memahami dan mengelola emosi mereka dapat mengurangi frekuensi dan intensitas tantrum.

Kelelahan

Kelelahan adalah penyebab umum lainnya dari tantrum pada anak. Anak-anak yang kelelahan cenderung lebih mudah marah dan frustrasi, yang dapat memicu tantrum. Kelelahan dapat terjadi karena kurang tidur, aktivitas fisik yang berlebihan, atau terlalu banyak stimulasi dari lingkungan sekitar.

Orang tua dapat mencegah tantrum yang disebabkan oleh kelelahan dengan memastikan anak mendapatkan waktu istirahat yang cukup dan memiliki rutinitas tidur yang teratur. 

Mengurangi aktivitas yang terlalu merangsang menjelang waktu tidur dan menciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman juga dapat membantu anak merasa lebih rileks dan mengurangi risiko tantrum.

Lapar

Lapar juga bisa menjadi pemicu tantrum pada anak-anak. Ketika anak merasa lapar, tingkat gula darah mereka bisa menurun, yang dapat menyebabkan perubahan suasana hati dan perilaku. 

Anak-anak mungkin belum bisa menyadari atau mengungkapkan bahwa mereka lapar, sehingga rasa lapar ini sering kali bermanifestasi sebagai tantrum. Untuk mengatasi tantrum yang disebabkan oleh lapar, orang tua harus memastikan bahwa anak mendapatkan makanan bergizi secara teratur dan memiliki camilan sehat di antara waktu makan. 

Mengajarkan anak untuk mengenali dan mengungkapkan rasa lapar mereka juga bisa membantu mencegah tantrum yang disebabkan oleh kebutuhan fisik ini.

Perubahan Spontanitas dan Signifikan 

Anak-anak sering merasa aman dan nyaman dengan rutinitas yang konsisten. Perubahan dalam rutinitas, seperti pindah rumah, perubahan jadwal harian, atau kedatangan anggota keluarga baru dapat memicu tantrum karena anak merasa tidak aman atau bingung. 

Perubahan ini bisa menjadi sumber stres yang besar bagi anak-anak yang masih belajar untuk beradaptasi dengan lingkungan mereka. Orang tua dapat membantu mengurangi stres yang disebabkan oleh perubahan rutin dengan memberikan penjelasan yang sederhana dan mendukung anak melalui perubahan tersebut. 

Menjaga beberapa elemen dari rutinitas lama yang bisa dikenali anak juga dapat membantu mereka merasa lebih aman dan mengurangi kemungkinan tantrum.

Ketidakmampuan Komunikasi

Ketidakmampuan anak untuk mengkomunikasikan kebutuhan atau keinginan mereka juga dapat menyebabkan tantrum. Anak-anak yang belum memiliki keterampilan bahasa yang cukup untuk menyampaikan apa yang mereka rasakan atau inginkan sering kali merasa frustrasi dan marah, yang kemudian berujung pada tantrum. 

Mengembangkan keterampilan komunikasi anak dengan membacakan buku, berbicara secara rutin, dan mengajarkan kata-kata baru dapat membantu mengurangi ketidakmampuan komunikasi ini. 

Orang tua juga bisa mengajarkan anak menggunakan bahasa isyarat sederhana atau gambar untuk membantu mereka mengekspresikan kebutuhan mereka sebelum mereka mampu berbicara dengan lancar.

 Penutup

Tantrum adalah bagian normal dari perkembangan anak yang menunjukkan bahwa mereka sedang belajar mengelola emosi mereka. Meskipun menghadapi tantrum bisa menjadi tantangan, dengan pemahaman yang tepat tentang penyebab dan cara mengatasinya, orang tua dapat membantu anak mereka melalui fase ini dengan lebih mudah. 

Tetap tenang, konsisten, dan mendukung adalah kunci untuk membantu anak mengelola emosi mereka dan mengurangi frekuensi serta intensitas tantrum. Dengan pendekatan yang tepat, tantrum dapat menjadi peluang bagi anak untuk belajar dan berkembang 

menjadi individu yang lebih matang secara emosional.

Posting Komentar